Padangpanjang– Mencermati beberapa kejadian terkait dengan perbedaan penentuan Syawal 1444 Hijriyah yang lalu, Pondok Pesantren Kauman Muhammadiyah Padangpanjang membekali 400an santrinya dengan materi ilmu Falak Dasar. Pembekalan ini, sebagai ikhtiar Pondok Pesantren membina generasi-generasi falakiyah.
Bertempat di Aula Buya AR Sutan Mansur pembekalan ini menghadirkan Pakar ilmu Falak Muhammadiyah Sumatera Barat, Joni Nasri, MA. Dalam paparannya Joni Nasri mengatakan persoalan yang terjadi karena masyarakat tidak memahami konsep serta hakikat dari dua metode penentuan bulan Hijriyah.
“Hal yang memunculkan masalah adalah ketika kita sama-sama tidak memahami konsep-konsep dasar penentuan bulan Hijriyah. Ada Hisab ada Rukyat. Kita selalu berdebat soal siapa yang paling benar, sehingga esensi dua metode itu seringkali kita lupakan,” jelasnya.
Ditambahkannya pada pertemuan yang juga disaksikan oleh seluruh majelis guru ini mengungkap tentang pengenalan ilmu falak, dalil-dalil ilmu Falak serta fungsi-fungsi yang bisa didapatkan dari penguasaan ilmu Falak.
“Secara garis besar Ilmu Falak ditekankan Allah dalam surat Yunus ayat 50. Dalam ayat ini Allah dengan tegas menyuruh kita untuk mempelajari penetapan bilangan bulan. Manfaatnya sangat banyak sekali jika kita mempelajari ilmu Falak ini. Selain penentuan awal bulan kita juga dapat mengetahui waktu sholat, mempelajari terjadinya gerhana matahari dan bulan, dan yang tidak kalah pentingnya adalah menentukan arah kiblat,” jelasnya.
Ditempat terpisah, Mudir Pondok Pesantren Kauman, Dr. Derliana, MA mengatakan bahwa pembekalan seperti ini terus akan dilakukan di Pondok Pesantren Kauman. Santri-santri, menurut Derliana sangat membutuhkan ilmu ini demi memberikan pencerahan kepada masyarakat terkait metode penentuan awal bulan yang seringkali muncul perbedaan ketika Ramadhan dan Lebaran.
“Pondok Pesantren Kauman Muhammadiyah sebagai lembaga pendidikan yang berorientasi melahirkan kader-kader persyarikatan merupakan Pondok Pesantren pertama di Sumatera Barat yang memberikan edukasi ini terhadap santrinya terkait ilmu Falak ini. Bahkan Buya Haroun L Ma’any yang pernah menjadi kepala Madrasah Kulliyatul Muballighien tahun 1951 merupakan seorang pakar ilmu Falak. Maka sudah menjadi kewajiban bagi Kauman sebagai generasi penerus perjuangan Buya Haroun untuk mewarisi serta mengembangkannya,” katanya.
Kedepan menurut Derliana akan disiapkan ruangan khusus sebagai Laboratorium Ilmu Falak di Pondok Pesantren Kauman yang akan dilounching dalam waktu dekat. Kauman akan menjadi pusat kegiatan edukasi ilmu Falak tingkat sekolah. Darimana saja, orang boleh belajar ke pesantren ini.
“Fenomena di masyarakat oleh karena ketidakpahaman mengenai metode perhitungan bulan terjadi karena beberapa sebab misalnya karena kurangnya pemahaman tentang praktek ilmu falak terutama penentuan arah kiblat serta perhitungan bulan-bulan Hijriyah,” ujarnya.
Ditambahkannya bahwa belakangan ini marak terjadi perdebatan-perdebatan tentang penentuan awal Ramadhan dan Syawal, untuk itu agar para santri tidak terjebak dengan fenomenal tersebut makanya diberikan bekal untuk santri ketika menghadapi situasi seperti belakangan ini.
“Kita tidak ingin santri Kauman terjebak dengan perdebatan yang seringkali kita lihat di media sosial tentang persoalan Hisab ini. Makanya kita bekali mereka dengan keilmuan agar mereka memahami konsep ilmu falak itu. Kemudian, Derliana menguatkan kembali bahwa ke depannya kita akan menjadikan Pondok Pesantren Kauman Muhammadiyah sebagai Pondok Pesantren Ilmu Falak pertama di Sumatera Barat,” tambahnya.